Monday, February 16, 2015

Kertha Gosa

Kertha Gosa

Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas

Kertha Gosa adalah salah contoh dari peninggalan sejarah arsitektur Bali yang terletak di pulau Bali, atau tepatnya di Kota Semarapura, Kabupaten Klungkung, Indonesia. Kertha Gosa terletak di Istana Klungkung dan pertama kali dibangun pada awal abad ke-18 oleh Dewa Agung Gusti Sideman. Fungsi pertama kompleks paviliun itu adalah sebagai tempat pengadilan pada tahun 1845. Kertha Gosa telah dicat ulang pada tahun 1920 dan sekali lagi pada tahun 1960-an.

kertha_gosa_klungkung_bali
Bangunan Arsitektur Kuno Kertha Gosa yang terletak di Kabupaten Klungkung - Bali.

Orang-orang yang menemukan paviliun tersebut tahu bahwa ada sejarah panjang di balik kompleks paviliun itu. Penemuan Kertha Gosa hanya dikenal oleh orang-orang yang menulis tentang itu di sini atau beberapa orang lain di luar pulau Bali. Kertha Gosa di Klungkung memiliki kisah Bhima Swarga yang dilukis di langit-langit bangunan. Bhima Swarga adalah kisah epik dalam agama Hindu yang dirujuk dari epos Mahabharata. Cerita di Kertha Gosa Pavilion tidak mengangkat seluruh kisah Mahabharata tapi hanya satu bagian kecil yang disebut "Bima Swarga".

Sejarah

Bhima_Swarga_Kertha_Gosa_Klungkung_Bali
Kertha Gosa berarti - "tempat di mana Raja bertemu dengan para Menteri untuk membahas persoalan keadilan." Kisah Bhima Swarga adalah cerita yang rumit dan saling berkaitan. Bhima Swarga di Bali berarti, "Bima pergi ke tempat tinggal para dewa." Swarga secara harfiah berarti tempat di mana para dewa berada, yakni Surga atau Neraka.

Bhima, salah seorang dari lima bersaudara Pandawa, dipaksa oleh ibunya Kunti dengan misi untuk menyelamatkan jiwa ayah duniawi nya Pandu dari neraka, dan ibu kedua mereka, Madri. Setelah menyelamatkan Pandu dan Madri dari neraka, Bhima harus mengawal dan mengamankan mereka untuk pergi ke Surga. Sepanjang perjalanan Bhima ke Surga dan Neraka ia didampingi dua hamba setia (karakter badut). Ini terdiri karakter sangat penting untuk cerita Bhima Swarga karena di Bali biasa dapat berhubungan dengan karakter dalam cerita Bhima Swarga karena karakter tersebut mewakili masyarakat Bali.

Saudara Bhima pergi melalui neraka bersama dengan Bhima untuk menyelamatkan orang tua mereka. Para Pandawa bersaudara mengamati orang-orang yang disiksa karena dosa-dosa mereka. Saudara kandung yang Arjuna, Nakula, Sahadewa, Yudisthira, dan Bima.

Dua karakter badut yang menemani Bhima dalam perjalanannya ke neraka adalah Tualen dan Mredah. Tualen memakai kain pinggang kotak-kotak hitam dan merupakan pembantu untuk Bhima. Tualen menerjemahkan apa yang dikatakan oleh Yudisthira dan Kunti. Mredah selalu memakai kotak-kotak merah kain pinggang dan ia juga membantu Bhima bersama dengan retak lelucon untuk meringankan suasana hati.

langit_langit_atap_Kertha_Gosa_Bhima_Swarga
Langit-langit di bangunan Kertha Gosa yang mengkisahkan perjalanan Bhima Swarga

Bhima pergi ke neraka untuk menyelamatkan orang tuanya dan ketika ia tiba ia menemukan orang tuanya berada di pemandian air panas yang besar. Bhima Tips mandi yang orangtuanya mendidih dan mereka dibawa ke Surga. Sang Iblis tidak suka Bhima menyelamatkan orang tuanya dan membawa mereka untuk pergi ke Surga. Bhima kemudian harus melawan Iblis. Selanjutnya, para Dewa tidak menyukai ide ini Bhima mengambil orang tuanya dari neraka ke surga. Bhima kemudian masuk ke bertengkar dengan para Dewa dan Bhima meninggal di Surga. Tuhan yang Maha Kuasa mengembalikan Bhima kembali ke kehidupan dan memberikan Bhima minuman keabadian. Adegan terakhir Bhima Swarga menunjukkan keadilan, bahkan dengan hukuman neraka.

Referensi

  • Diterjemahkan dari http://en.wikipedia.org/wiki/Kertha_Gosa_Pavilion

0 comments:

Post a Comment