Monday, June 30, 2014

Diana Sari Korban Mutilasi Klungkung

Diana Sari

Korban-Mutilasi-Klungkung-Diana-Sari
(alm) Diana Sari, korban mutilasi yang dibunuh secara keji.
(Alm.) Diana Sari adalah seorang wanita yang menjadi korban kejahatan pembunuhan disertai mutilasi oleh tersangka Fikri alias Ekik di sebuah kamar kos yang beralamat di Jalan Kenyeri IX, Desa Tojan, Kabupaten Klungkung, Provinsi Bali pada tanggal 16 Juni 2014 yang lalu. Pada saat meninggal karena dibunuh, Diana Sari berusia 26 tahun.

Almarhum Diana Sari berstatus sebagai janda dan telah memiliki seorang putri berusia tiga setengah tahun bernama Nada Chila Ramadhani. Ayah Diana bernama Asikin tinggal di RT 02 RW 01 Kelurahan Samapuin, Kecamatan Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB). Diana memiliki seorang paman yang bernama Ghazali dan seorang lagi kerabatnya yang tinggal di daerah Hyang Batu, Renon-Denpasar.

Diana Sari (26) dikenal sebagai perempuan yang mudah bergaul dengan orang lain. Selain itu, Diana juga bukan tipe pendiam. Ia cepat beradaptasi dan nyambung saat diajak bicara, meskipun oleh orang yang baru dikenalnya. Diana lahir di Lombok, namun dibesarkan di Kabupaten Sumbawa, NTB. Ia sama sekali belum pernah keluar Sumbawa sampai sekitar awal Mei 2014 ketika mengaku ingin pergi ke Malang Jawa Timur untuk bersekolah lagi. Sebelum ke Malang, Diana singgah di Bali, karena memiliki beberapa kerabat di Denpasar. "Ke Bali pada Mei lalu itu pun adalah kali pertama yang dilakukan Diana. Bahkan menyeberang ke Pelabuhan Padang Bai juga baru pertama kali dilakukannya. Karena itulah menjadi pertanyaan bagi pihak keluarga, kenapa kok tiba-tiba dia berani ke Bali sendiri," tutur Ghazali yang merupakan paman dari Diana Sari.

Disebutkan, Diana telah menikah namun bercerai pada awal tahun 2014 setelah dikaruniai anak berusia 2 tahun. Sebelum meninggalkan Kota Sumbawa Besar, Kabupaten Sumbawa, Diana bekerja sebagai pegawai di sebuah bank swasta di Sumbawa. Namun, perempuan berkulit kuning langsat dan bermata agak sipit ini lantas memutuskan untuk keluar dari Sumbawa karena ingin ada perubahan dalam hidupnya, terutama dalam urusan materi. "Dia ngotot ingin keluar Sumbawa agar bisa sukses," kata Ghazali.

Diana mengenyam semua pendidikannya di Sumbawa. Mulai dia TK hingga SMK dihabiskan di Sumbawa. Diana dikenal sang paman sebagai anak yang pintar, cerdas, dan aktif. "Dia pernah juga jadi penari yang mewakili tingkat kabupaten sewaktu di SMK" ujar Ghazali. Namun, Diana tidak bisa menyelesaikan kuliahnya di sebuah universitas di Sumbawa, dan kemudian menikah. Tapi Ghazali sangat menyayangkan, karena di awal tahun 2014 Diana harus bercerai dengan suaminya. Menurut Ghazali, mantan suami Diana masih kuliah di Mataram, NTB.

"Diana sangat menyayangi anaknya. Sedikit-sedikit anaknya, sedikit-sedikit anaknya" kata Ghazali. Diana pun sering mengajak anaknya jalan-jalan di sekitar rumah Diana di Kota Sumbawa Besar. Beberapa waktu setelah proses perceraian itu, Diana sempat meminta izin kepada keluarganya untuk bekerja di Bali, tapi keluarga tidak mengabulkan. "Mending di Sumbawa, sedikit dapat duit tapi tidak jauh dari keluarga. Dia kan juga punya anak," kata Ghazali. Tidak mendapatkan izin ke Bali, Diana malah berubah pikiran, dan ingin pergi lebih jauh lagi, yakni kuliah di Malang. "Tak lama setelah bilang ingin ke Malang, Diana sudah pergi dari rumah. Ia tidak pamit orangtua. Dia hanya mengabari keluarga melalui telepon," kata Ghazali.

Secara terpisah, saudara Diana di Renon Denpasar menuturkan bahwa Diana tiba di Bali seorang diri. Saat itu, dia sempat mencurahkan isi hatinya tentang keinginan untuk menempuh pendidikan ke perguruan tinggi. "Dia cerita ingin kuliah sembari bekerja di Malang. Katanya, di sana dia punya rekan kerja. Diana juga cerita tentang masalah pribadinya, perceraiannya serta anaknya saat sempat sehari ke sini," kata Yayat, salah seorang kerabat Diana, yang tinggal di kawasan Yangbatu, Renon, Denpasar, Senin (23/6). "Dia ingin jadi bidan, karena sempat kuliah di Akademi Kebidanan di Sumbawa."

Rumah Diana Sari di Sumbawa

Rumah korban mutilasi, (alm) Diana Sari (foto: Liputan6.com/Hans Bahanan)

Liputan6.com, Sumbawa - Suasana rumah orang tua Diana Sari, korban mutilasi yang diduga dilakukan oleh pacarnya sendiri (F) di sebuah kos yang terletak di Kabupaten Kelungkung Bali beberapa waktu lalu, tampak lengang.

Pantauan tim Liputan6.com, Rabu (25/6/2014) rumah dengan pagar kayu yang terletak di RT 02 RW 01 Kelurahan Samapuin, Kecamatan Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB) ini terlihat sepi dari pengunjung. Tidak ada aktifitas yang menonjol di kediaman keluarga ini.

Salah seorang tetangga terdekat orangtua Diana, Lalu Wirasantana (40 tahun), mengaku telah mengetahui kabar meninggalnya Diana dalam keadaan dimutilasi, setelah keluarga Diana didatangi oleh polisi dari Bali yang langsung menjemputnya untuk membawa pulang jasad putri sulungnya itu.

Ibu korban langsung histeris ketika mengetahui bahwa korban mutilasi adalah anaknya. Korban sempat mengabarkan ke orang tuanya bahwa dia kuliah di Yogyakarta,” ujar Lalu

Berdasarkan keterangan Lalu, kehidupan korban dan keluarganya beberapa tahun terakhir mengalami konflik. Meski memiliki rumah sendiri, korban tidak tinggal di rumahnya melainkan memilih untuk kos karena adanya perselisihan antara korban dengan ibunya.

Setahu saya dia kos di daerah Brang Biji, karena berselisih dengan ibunya,” ucap Lalu.

Lalu menambahkan bahwa korban dulunya pernah bekerja sebagai pegawai di salah satu bank swasta di Sumbawa Besar. Hanya saja tidak sampai setahun, korban dipecat dari pekerjaannya. Status korban saat itu sudah menjanda dengan satu anak perempuan yang masih berumur 3 tahun.

Dia janda anak satu, dan anaknya diasuh oleh keluarga mantan suaminya di Desa Karang Cemes, Kelurahan Pekat,” pungkas Lalu.

Fikri, pria asal Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB), ditangkap Polda Bali lantaran diduga melakukan pembunuhan sadis dengan cara mutilasi atas Diana.

Kapolda Bali, Irjen Pol AJ Benny Mokalu menjelaskan, penangkapan pelaku bermula dari analisis kepolisian berdasarkan sejumlah alat bukti, termasuk keterangan para saksi. "Dari situ dugaan mengarah kepada dia (F)," terang Benny di Denpasar, Senin 23 Juni 2014.

Bersamaan dengan penangkapan F, polisi juga menyita sebilah samurai (menurut keterangan polisi bukan samurai tetapi adalah sebilah pisau dengan panjang hanya kurang lebih 30 centi meter) yang diduga digunakan untuk memotong-motong tubuh korban. Kabarnya, pelaku memutilasi korban dipicu masalah perselingkuhan.

1 comments:

  1. Gak bosan apa?
    Kalah mulu tidak pernah WD...

    Disini ni... yang bisa membuat kamu rasain seperti apa itu kemenangan dan WD sebenarnya..

    ROYALQQ.POKER
    jalan menuju kemenangan...

    Main dan buktikan sendiri...
    ROYALQQ tidak memberikan janji tapi bukti...

    hanya dengan deposit 15rb and sudah bisa bermain di semua jenis games populer yang ada di
    ROYALQQ.POKER

    So tunggu apa lagi? daftarkan segera ^^v

    ReplyDelete