Ribuan Warga Saksikan Prosesi Kremasi Permaisuri Raja Klungkung
Ribuan warga dan wisatawan menyaksikan prosesi kremasi atau pelebon Ida I Dewa Agung Istri Putra, permaisuri Ida I Dewa Agung Oka Geg, Raja Klungkung yang terakhir di Klungkung, Bali, Minggu (29/6/2014). Prosesi mendapat perhatian masyarakat dan turis.
KLUNGKUNG, KOMPAS - Ribuan warga dan wisatawan menyaksikan prosesi kremasi atau pelebon Ida I Dewa Agung Istri Putra, permaisuri Ida I Dewa Agung Oka Geg, Raja Klungkung yang terakhir, yang dilangsungkan di Klungkung, sekitar 40 kilometer arah timur Kota Denpasar, Bali, Minggu (29/6/2014). Upacara itu berlangsung lancar. Ratusan anggota polisi dibantu TNI, pecalang, dan petugas keamanan desa diterjunkan untuk menjaga kegiatan tersebut.
Upacara pelebon yang digelar Puri Klungkung itu adalah puncak dari rangkaian prosesi yang berlangsung sejak Desember 2013. ”Hari ini adalah puncak dari prosesi pelebon atau pretiwa dari Permaisuri Raja Klungkung yang meninggal Desember 2013. Jenazah disemayamkan sejak enam bulan lalu,” kata Tjokorda Gede Agung, yang mewakili pihak keluarga Puri Klungkung.
Menurut Tjok Agung, upacara pelebon Ida I Dewa Agung Istri Putra adalah upacara besar dan utama yang kembali digelar di Puri Klungkung. Manggala (Ketua Panitia) Karya Pretiwa Ida I Dewa Agung Istri Putra, Tjokorda Raka Putra, mengatakan, upacara pelebon dengan tingkatan utama kali terakhir digelar untuk almarhum Ida I Dewa Agung Oka Geg, Raja Klungkung terakhir, pada November 1965.
Dalam prosesi pelebon Ida I Dewa Agung Istri Putra, pihak keluarga Puri Klungkung menggunakan lembu, nagabanda, dan bade tumpang sawelas (menara jenazah dengan atap bertingkat 11) setinggi 28 meter. Nagabanda adalah patung naga yang hanya muncul pada kremasi keluarga puri yang dituakan. Adapun bade tumpang sawelas hanya dipergunakan pada kremasi raja dan permaisuri. (COK)
SULUHBALI.CO, Klungkung – Ribuan warga di Klungkung, Bali, mengiringi upacara “pelebon agung” atau ngaben Ida I Dewa Agung Istri Putra yang merupakan permaisuri Raja Klungkung terakhir Ida I Dewa Agung Oka Geg.
“Ini merupakan prosesi puncak dari ‘pretiwa’ (ritual ngaben keluarga kerajaan) setelah selama enam bulan jenazah beliau disemayamkan,” kata pengelingsir (tetua) Puri Agung Klungkung Tjokorda Gede Agung di Klungkung, Minggu.
Ribuan warga tersebut tak hanya berasal dari daerah setempat melainkan pula warga dari luar Klungkung, seperti Denpasar, Gianyar, dan Buleleng untuk menyaksikan salah satu peristiwa ritual megah dan langka itu.
Prosesi puncak ‘pretiwa’ itu dimulai dengan ritual mengusung jenazah yang dilaksanakan oleh pihak keluarga dan kerabat kerajaan.
Jenazah kemudian diarak mengelilingi perempatan “Catus Pata” sebanyak tiga kali yang berlokasi tak jauh dari Puri Agung Klungkung dan objek wisata sejarah Kertagosa.
Jenazah kemudian ditempatkan di atas “bade” atau meru (tempat pengabenan jenazah) dengan tumpang sebelas setinggi 28 meter.
Sedikitnya 350 orang silih berganti mengusung bade seberat sekitar tujuh ton tersebut sebelum jenazah menjalani prosesi ngaben di kuburan setempat.
Meski cuaca saat itu cukup terik namun tak menyurutkan niat warga untuk mengiringi prosesi megah itu.
Bahkan ritual tersebut menyedot perhatian ratusan wisatawan mancanegara yang turut menyaksikan peristiwa langka tersebut.
“Ini merupakan yang pertama kalinya saya melihat prosesi untuk orang meninggal. Apalagi ini merupakan ritual keluarga kerajaan. Saya sangat terkesan dan istimewa bisa melihat langsung,” kata Natalie, wisatawan dari Selandia Baru.
Sejumlah ruas jalan ditutup sementara untuk memberikan kemudahan dalam prosesi pelebon agung tersebut.
Polres Klungkung mengerahkan sedikitnya 352 personel untuk mengamankan proses tersebut.
“Kami kerahkan 352 polisi dari beberapa satuan baik polres dan polsek untuk mengamankan prosesi ini,” kata Kepala Polres Klungkung, Ajun Komisaris Besar Polisi Ni Wayan Sri Yudayatni Wirawati. (SB-ant)
Upacara pelebon yang digelar Puri Klungkung itu adalah puncak dari rangkaian prosesi yang berlangsung sejak Desember 2013. ”Hari ini adalah puncak dari prosesi pelebon atau pretiwa dari Permaisuri Raja Klungkung yang meninggal Desember 2013. Jenazah disemayamkan sejak enam bulan lalu,” kata Tjokorda Gede Agung, yang mewakili pihak keluarga Puri Klungkung.
Menurut Tjok Agung, upacara pelebon Ida I Dewa Agung Istri Putra adalah upacara besar dan utama yang kembali digelar di Puri Klungkung. Manggala (Ketua Panitia) Karya Pretiwa Ida I Dewa Agung Istri Putra, Tjokorda Raka Putra, mengatakan, upacara pelebon dengan tingkatan utama kali terakhir digelar untuk almarhum Ida I Dewa Agung Oka Geg, Raja Klungkung terakhir, pada November 1965.
Dalam prosesi pelebon Ida I Dewa Agung Istri Putra, pihak keluarga Puri Klungkung menggunakan lembu, nagabanda, dan bade tumpang sawelas (menara jenazah dengan atap bertingkat 11) setinggi 28 meter. Nagabanda adalah patung naga yang hanya muncul pada kremasi keluarga puri yang dituakan. Adapun bade tumpang sawelas hanya dipergunakan pada kremasi raja dan permaisuri. (COK)
“Pelebon Agung” Permaisuri Raja Klungkung Diiringi Ribuan Warga
“Wadah / Bade” dalam upacara “Ngaben” Permaisuri Raja Klungkung. |foto-yota| Sumber: SuluhBali.co
SULUHBALI.CO, Klungkung – Ribuan warga di Klungkung, Bali, mengiringi upacara “pelebon agung” atau ngaben Ida I Dewa Agung Istri Putra yang merupakan permaisuri Raja Klungkung terakhir Ida I Dewa Agung Oka Geg.
“Ini merupakan prosesi puncak dari ‘pretiwa’ (ritual ngaben keluarga kerajaan) setelah selama enam bulan jenazah beliau disemayamkan,” kata pengelingsir (tetua) Puri Agung Klungkung Tjokorda Gede Agung di Klungkung, Minggu.
Ribuan warga tersebut tak hanya berasal dari daerah setempat melainkan pula warga dari luar Klungkung, seperti Denpasar, Gianyar, dan Buleleng untuk menyaksikan salah satu peristiwa ritual megah dan langka itu.
Prosesi Puncak Pretiwa
Ribuan warga padati seputaran patung Catur Muka, Klungkung. |foto-yota|
Prosesi puncak ‘pretiwa’ itu dimulai dengan ritual mengusung jenazah yang dilaksanakan oleh pihak keluarga dan kerabat kerajaan.
Jenazah kemudian diarak mengelilingi perempatan “Catus Pata” sebanyak tiga kali yang berlokasi tak jauh dari Puri Agung Klungkung dan objek wisata sejarah Kertagosa.
Jenazah kemudian ditempatkan di atas “bade” atau meru (tempat pengabenan jenazah) dengan tumpang sebelas setinggi 28 meter.
Sedikitnya 350 orang silih berganti mengusung bade seberat sekitar tujuh ton tersebut sebelum jenazah menjalani prosesi ngaben di kuburan setempat.
Meski cuaca saat itu cukup terik namun tak menyurutkan niat warga untuk mengiringi prosesi megah itu.
Bahkan ritual tersebut menyedot perhatian ratusan wisatawan mancanegara yang turut menyaksikan peristiwa langka tersebut.
“Ini merupakan yang pertama kalinya saya melihat prosesi untuk orang meninggal. Apalagi ini merupakan ritual keluarga kerajaan. Saya sangat terkesan dan istimewa bisa melihat langsung,” kata Natalie, wisatawan dari Selandia Baru.
Sejumlah ruas jalan ditutup sementara untuk memberikan kemudahan dalam prosesi pelebon agung tersebut.
Polres Klungkung mengerahkan sedikitnya 352 personel untuk mengamankan proses tersebut.
“Kami kerahkan 352 polisi dari beberapa satuan baik polres dan polsek untuk mengamankan prosesi ini,” kata Kepala Polres Klungkung, Ajun Komisaris Besar Polisi Ni Wayan Sri Yudayatni Wirawati. (SB-ant)
Sumber:
- http://travel.kompas.com/read/2014/06/30/1710200/Ribuan.Warga.Saksikan.Prosesi.Kremasi.Permaisuri.Raja.Klungkung
- http://suluhbali.co/berita-kini/headline/pelebon-permaisuri-raja-klungkung-diiringi-ribuan-warga/
0 comments:
Post a Comment