Monday, June 30, 2014

Proses Pelebon Agung Permaisuri Klungkung

Ribuan Warga Ikuti Proses Pelebon Agung Permaisuri Klungkung

SEMARAPURA - Ribuan warga Klungkung memadati lapangan Puputan Klungkung, tepatnya di depan kantor Bupati Klungkung, sekitar pukul 10.00 WITA. Mereka mengikuti proses Pelebon Agung (Ngaben) Permaisuri Klungkung yang terakhir.

Tjokorda Gede Agung, kerabat dari Permaisuri Klungkung Ida I Dewa Istri Putra mengatakan, sangat berterimakasih terhadap masyarakat yang mengikuti upacara tersebut. Prosesi Pelebon Agung sudah dilakukan sejak Jumat (27/6/2014).

"Kemarin kami sudah melaksanakan mesatya dengan cara potong rambut sampai plontos. Salah satunya yang melakukan mesatya saya sendiri, ini sebagai bentuk pelingsir," ujarnya saat ditemui di Puri Klungkung, Minggu (29/6/2014).

Dan, hari Minggu ini (Radite Wage Klurut, 29/6/2014) adalah puncak upacara Pelebon Ida I Dewa Istri Putra. "Hari ini merupakan proses puncak pelebon agung, Permaisuri Klungkung Ida I Dewa Istri Putra wafat pada 28 Desember 2013 dan baru sekarang ini akan diupacarai," terangnya.

Imbuhnya, Permaisuri Klungkung Ida I Dewa Istri Putra bukan masyarakat biasa, sehingga membutuhkan waktu untuk mencari hari baik untuk upacara pelebon agung.

Sementara, Polres Klungkung mengerahkan 352 personel untuk pengamanan proses pengabenan tersebut. "Personel yang membantu upacara ini mulai dari Polsek, Polres, dan Kodim," ujar Kapolres Klungkung AKBP Ni Wayan Sri Yudayatni Wirawati.

Bade Permaisuri Klungkung Mencapai 6 Ton, Diusung 6.500 Orang

Bade (tempat jenazah) almarhum Permaisuri Klungkung Ida Dewa Agung Istri Putra bernama Padmasari dibuat dengan ketinggian 28 meter, tumpang 11 dengan berat mencapai 6 ton lebih.

Bade untuk permaisuri dari Raja terakhir Klungkung, Ida Dewa Agung Istri Putra ke-13 ini diusung oleh 350 orang satu kali putaran dengan jarak 100 meter. Total, secara keseluruhan melibatkan 6.500 orang. Satu orang membawa beban sekitar 25 hingga 26 kilogram.

Sejak tahun 1965, belum pernah ada prosesi atau Pelebon Agung menggunakan Naga Banda. Sangging Alit Astika, pembuat Bade Pelebonan Permaisuri Klungkung Ida I Dewa Putra mengatakan sudah mengerjakan Bade sejak awal Mei 2013. Dia dibantu 15 sangging lainnya yang juga dari Klungkung. "Pengerjaannya ini tergolong cepat, kami melakukannya secara maraton, supaya bisa tepat waktu," ucapnya di Klungkung, Minggu (29/6/2014).

Bade tersebut terbuat dari kayu, bambu, styrofoam, dan aksesoris lainnya seperti kertas dan payung. "Kami baru pertama kali membuat bade yang sebesar ini, semenjak tahun 1965 belum ada lagi. Mungkin ini juga pertama kali dan untuk yang terakhir kalinya buat kami, sebab sudah tidak ada permaisuri atau raja di Klungkung," paparnya.

Dia menambahkan, jika warga biasa yang meninggal dunia, tidak dibuatkan bade. Namun, karena yang wafat adalah permaisuri, maka upacara pelebonannya pun berbeda.

0 comments:

Post a Comment